Mass Room Project digunakan untuk mengamati ruang publik
yang “ditangkap” melalui sarana media-media, yang dipadu dengan sebuah kajian
sosial, baik bersifat antropologis maupun sosiologis yang kemudian diberi
sentuhan art media. Kajian yang dilakukan berkisar pada ruang-ruang publik
perkotaan, dari pasar, jalan raya, mall, halte bis, perkampungan urban, tempat
nongkrong, rambu-rambu lalu lintas, terminal dan lain sebagainya, yang
terpenting ada segi ruang publik yang dihadirkan.
Metode
yang dilakukan dalam menganalisis Massroom
Project sangat variatif dan kreatif, karena adanya segi art media. Metode
ini meliputi:
- Metode bersifat bergerak
Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek dengan tahap
dan proses yang dinamis. Tahap geraknya dapat mempergunakan jarak dari suatu
wilayah obyek.
- Metode bersifat stagnan
Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek dengan tahap
dan proses dengan mempergunakan durasi waktu.
- Metode Obyektifikasi bersifat masif.
Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek secara
detail, bentuknya, ragamnya, dan lain sebagainya.
Output
dari kajian Mass Room Project dapat berbentuk esai photo, pemeran photo, dan film
pendek, bahkan dapat digabungkan dalam sebuah kajian documentary. Massroom
Project termasuk dalam bagian “see” dari tahapan analisis sosial untuk
mengetahui fakta-fakta sosial dan gaya sosial. Langkah-langkah utama yang
dilakukan untuk melakukan massroom
project adalah
- Menentukan tema, kriteria obyek, tempat, peralatan media dan dinamikanya.
- Hunting obyek sesuai ketentuan.
- Data diolah berdasarkan tema, kemudian dikemas dalam berbagai bentuk pemvisualan data.
- Analisa data yang sudah dikemas dapat bersifat antropologis maupun sosiologis.
Untuk
mengetahui lebih dalam tentang Massroom
Project, saya akan memberikan contoh mengenai massroom project yang telah saya dan kelompok saya teliti sebagai
tugas mata kuliah kampus. Contoh yang saya berikan adalah contoh degradasi
moral yang terjadi di jalan raya. Berikut adalah analisis massroom project nya:
a.
Degradasi Moral pada Anak-Anak
Metode analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan
obyektifikasi bersifat masif. Hal ini digambarkan secara mendetail tentang
degradasi yang ada yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar di atas merupakan contoh degradasi moral yang
terjadi pada anak-anak, yaitu dengan mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Dalam
kehidupan masyarakat sekarang, aspek degradasi moral sudah terjadi di
mana-mana, terutama kasus-kasus yang terjadi di jalan raya seperti perkotaan
besar. Anak yang
seharusnya sebagai penerus generasi bangsa dan mendapat pendidikan untuk
kepentingan masa depannya. Hal ini menunjukkan penurunan dan degradasi moral
kepada anak. Akan
tetapi, banyak orang justru memanfaatkan generasi bangsa ini untuk keuntungan
pribadi. Banyak anak-anak yang
dipekerjakan seperti disuruh
mengemis, jualan makanan, menjual koran, menjadi buruh, bahkan menjadi bahan
modus untuk melakukan kejahatan, seperti penipuan.
Melihat
hal ini, kita seharusnya sebagai masyarakat yang bermoral ikut berperan serta
dalam penghapusan kasus anak ini. Anak-anak yang dipekerjakan biasanya adalah
anak yatim piatu. Mereka
biasanya dimanfaatkan karena mereka belum mempunyai tujuan. Bahkan sangat tidak
jarang anak-anak yang disuruh dan dipaksa dengan keras. Dalam kasus ini,
anak-anak dianggap tidak mempunyai kebebasan lagi. Anak-anak yatim piatu
biasanya dikumpulkan oleh oknum tertentu lalu mereka dipekerjakan untuk mencari
uang dengan target terntentu. Jika
mereka tidak dapat mencapai target, biasanya mereka tidak mendapat jatah makan
dan disiksa.
Anak-anak
yang dimanfaatkan itu biasanya takut mengambil tindakan apapun selain melakukan
pekerjaan yang disuruh. Hal ini berdampak juga pada kondisi psikologis
anak-anak itu. Ketika dia mulai menginjak remaja, banyak yang menjadi pekerja
pesuruh dan pengangguran karena tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga timbul
generasi bangsa yang rusak dan banyak kasus pelanggaran yang berhubungan dengan
motif ekonomi, seperti pencurian, pembunuhan, dan juga pemerkosaan.
Melihat
kasus tersebut, kita sebagai warga Gereja harus ikut membantu dalam mengambil
solusi dalam menyelesaikan kasus itu. Menurut Ajaran Sosial Gereja, upaya yang
dilakukan adalah membantu dalam bidang pendidikan, yaitu dapat menjadi seorang
pengajar dan tentu saja memohon bantuan pemerintah, yaitu meminta bantuan dana
dari pemerintah dalam penunjang pendidikan. Selain itu, kita juga harus melihat
dan menyentuh suara hati dan batin kita yang paling terdalam
Jika
kita melihat kejadian seperti itu, kita seharusnya mencoba untuk mendekati anak
itu dan mencoba menjelaskan arti
pendidikan, terutama kepada orang tuanya. Selain itu, kita juga dapat melakukan
seminar atau kegiatan yang bertujuan untuk menyadarkan orang tua akan arti
penting penerus generasi bangsa. Dengan upaya ini diharapkan dapat
menghilangkan kasus pemekerjaan anak di bawah umur.
Degradasi
moral yang terjadi pada kumpulan massa biasanya dilakukan secara anarkis dan
berkelompok. Hal ini dapat dilihat pada permasalahan kericuhan pada saat
pelaksanaan demo. Hal ini timbul karena warga cenderung tidak bisa mengendalikan
diri sendiri sehingga mengakibatkan keributan Massa dengan aparat kepolisian.
Berikut adalah contoh ilustrasi
degradasi yang terjadi:
Dari gambar ilustrasi dapat kita buat asumsi-asumsi
masalah degradasi yang terjadi sebagai berikut:
1.
Asumsi dasar yang pertama
adalah konflik terdapat dimana-mana. Berlandaskan asumsi ini dapat dipahami
bahwa konflik antar remaja juga ada dimana-mana serta merupakan hal yang lumrah
terjadi dalam masyarakat. Asumsi ini didasari karena sejak awal, manusia memang
dilahirkan berbeda sehingga terkadang perbedaan tersebut sengaja ditonjolkan oleh
beberapa pihak dan memunculkan konflik. Perbedaan tersebut akhirnya memunculkan
persengketaan yang sarat akan kekerasan. Dalam persengkataan tersebut biasanya
suatu pihak akan berusaha untuk menghilangkan hak orang lain bahkan sampai
kepada hak hidup. Hal tersebut terbukti dengan adanya tawuran remaja yang
berbeda kelompok yang tidak jarang berbuntut pada meninggalnya seseorang bahkan lebih .
2.
Asumsi yang kedua
adalah bahwa di dalam konflik diperlukan aktor-aktor untuk mendukung terjadinya
konflik sosial tersebut. Selain aktor, ternyata terdapat juga skenario yang
memang sengaja dibuat untuk mewujudkan konflik tersebut. Hal ini terbukti dari
pernyataan yang menyatakan bahwa pihak-pihak alumni ataupun senior juga
berperan dalam sebuah konflik yang terjadi dengan cara melakukan provokasi
terhadap bawahannya.
3.
Asumsi yang ketiga
adalah bahwa konflik memiliki dampak perubahan. Perubahan tersebut dapat
menjadi negatif, bahkan dapat pula menjadi positif. Sehingga terkadang ada pula
pendapat yang menyatakan bahwa konflik memiliki dua sisi. Dalam kasus
perkelahian antar pelajar di Indonesia, dampak negatif yang ditimbulkan adalah
aksi kekerasan yang bersifat anarkis. Sedangkan dampak positifnya adalah
semakin terintegrasinya sebuah kelompok tertentu.
4.
Asumsi yang keempat
adalah bahwa konflik dapat menyebar ke seluruh masyarakat. Terbukti bahwa dalam
kasus ini, konflik yang pada awalnya hanya merupakan konflik antar individu,
telah berubah menjadi konflik antar kelompok.
Dengan melihat kasus seperti itu, seharusnya kita sebagai
warga Gereja ikut mengambil andil dalam mencegahnya kejadian-kejadian macam keributan antar massa seperti itu.
Dengan cara, bisa dengan mengajarkan norma-norma ‘kebebasan’ yang ada
batas-batasannya. Juga bisa dengan mengajarkan bahwa kekerasan itu bukan
menjadi jalan keluar satu-satu nya dalam memecahkan masalah.
Dengan upaya ini diharapkan dapat megurangi
uapaya terjadi nya keributan antar massa.
Dengan melihat kasus seperti itu, seharusnya kita sebagai
warga Gereja ikut mengambil andil dalam mencegahnya kejadian-kejadian macam keributan antar massa seperti itu.
Dengan cara, bisa dengan mengajarkan norma-norma ‘kebebasan’ yang ada
batas-batasannya. Juga bisa dengan mengajarkan bahwa kekerasan itu bukan
menjadi jalan keluar satu-satu nya dalam memecahkan masalah.
Dengan upaya ini diharapkan dapat megurangi
uapaya terjadi nya keributan antar massa.
Selain
degradasi yang terjadi pada anak-anak dan degradasi moral yang terjadi pada di
jalan, masalah yang terjadi pada krisis moral adalah masalah degradasi moral
individual. Beberapa degradasi moral individual di jalan raya yang terjadi pada
saat saya observasi adalah:
Ø
Parkir di Tempat
Sembarangan
Pada kesempatan kali, saya
menggunakan metode bergerak yaitu dengan merekam video degan bergerak di
sepanjang kawasan Universitas Diponegoro. Berikut adalah videonya:
Apabila dilakukan pengamatan
secara jelas pada video, dapat dilihat kasus masalah parkir sembarangan di
jalan raya, terutama dilakukan oleh truk-truk angkut. Hal ini dilakukan
biasanya karena banyak truk yang tidak mempunyai tempat persinggahan sehingga
sopir lebih memilih untuk memarkiran truk di daerah Ngesrep yang daerahnya
jarang dilakukan pemeriksaan oleh pihak polisi. Selain itu, apabila kita melihat kecenderungan
moral individu yang lain kita dapat melihat gambar berikut:
Contoh atas adalah seorang supir angkot sedang
memarkirkan kendaraan nya di atas trotoar dan ini sungguh mengganggu pejalan kaki yang
hendak berjalan.
Gambar ini menunjukkan bahwa
banyak orang yang melanggar aturan di jalan. Trotoar yang seharusnya di gunakan
oleh pejalan kaki, malah di gunakan oleh angkot untuk saling menyalip. Banyak
juga motor-motor yang sering melakukan hal ini karena mereka ingin menggejar
waktu atau hanya sekedar untuk menghidari macet. Jalan yang sudah di design dan
sudah di sediakan aturan untuk kenyamanan bersama malah dilanggar. Hal ini
membuktikan keegoisan manusia dan ketidakperdulian kepada
sesama. Seharusnya semua pemakai jalan mematuhi aturan-aturan yang
berlaku, karena jalan adalah sarana umum, bukan milik pribadi yang
bisa digunakan sesuka hati. Saat di jalan kita juga harus memperhatikan
kepentingan bersama dan menghargai orang lain.
Melihat kasus seperti itu,
seharusnya kita sebagai warga Gereja yang baik mau menegur orang tersebut agar
menyadarkan bahwa memarkirkan kendaraan di atas trotoar itu tidak boleh karena
dapat mengganggu pemandangan tatakota juga mengganggu pengguna jalan yang
sedang melintasi area tersebut. Juga tidak lupa menasehati nya agar tidak
mengulangi perbuatannya lagi.
Ø
Kurang Peka untuk Memakai
Jembatan Penyeberangan dan Lebih Memilih Langsung Menyeberang
Selain itu, saya dan kelompok
saya juga melakukan analisis sosial di daerah jembatan penyeberangan di daerah
sekitar rumah saya. Saya melakukan observasi dengan menggunakan metode stagnan,
yaitu melakukan rekaman video di posisi yang sama. Video tersebut dapat dilihat
di bawah ini:
Dari masalah sosial ini , kita sebagai warga Gereja seharusnya
dapat lebih peka terhadap diri kita sendiri terutama ketika menyeberang. Dalam
menyeberang, kita cenderung untuk ingin cepat sampai di seberang dan
mengupayakan segala cara untuk bisa menyeberang lebih cepat. Kita cenderung
tidak memperhatikan resiko dan dampak jangka panjang yang akan timbul apabila
terjadi kesalahan atau kecalakaan yang tentunya merugikan diri sendiri dan
orang lain. Solusi utama untuk mengurangi penurunan moral individual ini adalah
dengan melakukan refleksi pada diri sendiri dengan selalu mencoba untuk
berpikir ke depan.
Ø
Tetap Menjalankan
Kendaraan Bermotor Ketika Lampu Merah
Masalah degradasi moral individu yang juga sering terjadi
adalah menjalankan kendaraan padahal lampu lalu lintas dalam keadaan berwarna
merah. Saya dan kelompok saya melakukan observasi di pertigaan Patung Pangeran
Diponegoro Berikut adalah video observasi saya:
Dari video yang telah dibuat,
dapat dilihat bahwa kesadaran individu pemakai jalan juga masih kurang, yaitu
menjalankan motor ketika lampu merah. Hal ini dapat dilihat dari gambar screen shot yang diambil dari video di
bawah ini:
Dari masalah degradasi moral
individu ini, kita sebagai warga Geraja juga seharusnya mampu menjaga
ketertiban dalam bermasyarakat. Untuk itu, langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari masalah yang di atas adalah dengan turut serta menciptakan
ketertiban dengan selalu mematuhi peraturan yang ada. Dengan ini, nantinya akan
tercipta ketertiban di jalan raya.
Demikian analisis sosial dengan
menggunakan Massroom Project yang
dapat saya jelaskan. Semoga, artikel ini membantu Anda untuk mengetahui konsep Massroom Project lebih dalam. Di akhir
kata, saya mengucapakan terima kasih kepada Anda karena telah memberikan
waktunya untuk membaca blog saya. Apabila ada pertanyaan, Anda dapat
menyantumka di kolom komentar. Apabila saya ada waktu dan membaca, tentunya
akan saya balas sesegera mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dimohon berkomentar dengan sopan
Apabila ada hal yang tidak dimengerti, silahkan bertanya :)