Jumat, 02 Oktober 2015

Massroom Project sebagai Cara dan Alat Bantu Gereja dalam Menghadapi Krisis Degradasi Moral


Mass Room Project digunakan untuk mengamati ruang publik yang “ditangkap” melalui sarana media-media, yang dipadu dengan sebuah kajian sosial, baik bersifat antropologis maupun sosiologis yang kemudian diberi sentuhan art media. Kajian yang dilakukan berkisar pada ruang-ruang publik perkotaan, dari pasar, jalan raya, mall, halte bis, perkampungan urban, tempat nongkrong, rambu-rambu lalu lintas, terminal dan lain sebagainya, yang terpenting ada segi ruang publik yang dihadirkan.
Metode yang dilakukan dalam menganalisis Massroom Project sangat variatif dan kreatif, karena adanya segi art media. Metode ini meliputi:
  • Metode bersifat bergerak

Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek dengan tahap dan proses yang dinamis. Tahap geraknya dapat mempergunakan jarak dari suatu wilayah obyek.
  • Metode bersifat stagnan

Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek dengan tahap dan proses dengan mempergunakan durasi waktu.
  •  Metode Obyektifikasi bersifat masif.

Metode ini digunakan untuk “menangkap” obyek secara detail, bentuknya, ragamnya, dan lain sebagainya.
Output dari kajian Mass Room Project dapat berbentuk esai photo, pemeran photo, dan film pendek, bahkan dapat digabungkan dalam sebuah kajian documentary. Massroom Project termasuk dalam bagian “see” dari tahapan analisis sosial untuk mengetahui fakta-fakta sosial dan gaya sosial. Langkah-langkah utama yang dilakukan untuk melakukan massroom project adalah
  •  Menentukan tema, kriteria obyek, tempat, peralatan media dan dinamikanya.
  •  Hunting obyek sesuai ketentuan.
  •  Data diolah berdasarkan tema, kemudian dikemas dalam berbagai bentuk pemvisualan data.
  •  Analisa data yang sudah dikemas dapat bersifat antropologis maupun sosiologis.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang Massroom Project, saya akan memberikan contoh mengenai massroom project yang telah saya dan kelompok saya teliti sebagai tugas mata kuliah kampus. Contoh yang saya berikan adalah contoh degradasi moral yang terjadi di jalan raya. Berikut adalah analisis massroom project nya:
a.                  Degradasi Moral pada Anak-Anak
Metode analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan obyektifikasi bersifat masif. Hal ini digambarkan secara mendetail tentang degradasi yang ada yang dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar di atas merupakan contoh degradasi moral yang terjadi pada anak-anak, yaitu dengan mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Dalam kehidupan masyarakat sekarang, aspek degradasi moral sudah terjadi di mana-mana, terutama kasus-kasus yang terjadi di jalan raya seperti perkotaan besar. Anak yang seharusnya sebagai penerus generasi bangsa dan mendapat pendidikan untuk kepentingan masa depannya. Hal ini menunjukkan penurunan dan degradasi moral kepada anak. Akan tetapi, banyak orang justru memanfaatkan generasi bangsa ini untuk keuntungan pribadi. Banyak anak-anak yang dipekerjakan seperti disuruh mengemis, jualan makanan, menjual koran, menjadi buruh, bahkan menjadi bahan modus untuk melakukan kejahatan, seperti penipuan.

Melihat hal ini, kita seharusnya sebagai masyarakat yang bermoral ikut berperan serta dalam penghapusan kasus anak ini. Anak-anak yang dipekerjakan biasanya adalah anak yatim piatu. Mereka biasanya dimanfaatkan karena mereka belum mempunyai tujuan. Bahkan sangat tidak jarang anak-anak yang disuruh dan dipaksa dengan keras. Dalam kasus ini, anak-anak dianggap tidak mempunyai kebebasan lagi. Anak-anak yatim piatu biasanya dikumpulkan oleh oknum tertentu lalu mereka dipekerjakan untuk mencari uang dengan target terntentu. Jika mereka tidak dapat mencapai target, biasanya mereka tidak mendapat jatah makan dan disiksa.
Anak-anak yang dimanfaatkan itu biasanya takut mengambil tindakan apapun selain melakukan pekerjaan yang disuruh. Hal ini berdampak juga pada kondisi psikologis anak-anak itu. Ketika dia mulai menginjak remaja, banyak yang menjadi pekerja pesuruh dan pengangguran karena tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga timbul generasi bangsa yang rusak dan banyak kasus pelanggaran yang berhubungan dengan motif ekonomi, seperti pencurian, pembunuhan, dan juga pemerkosaan.
Melihat kasus tersebut, kita sebagai warga Gereja harus ikut membantu dalam mengambil solusi dalam menyelesaikan kasus itu. Menurut Ajaran Sosial Gereja, upaya yang dilakukan adalah membantu dalam bidang pendidikan, yaitu dapat menjadi seorang pengajar dan tentu saja memohon bantuan pemerintah, yaitu meminta bantuan dana dari pemerintah dalam penunjang pendidikan. Selain itu, kita juga harus melihat dan menyentuh suara hati dan batin kita yang paling terdalam

Jika kita melihat kejadian seperti itu, kita seharusnya mencoba untuk mendekati anak itu dan mencoba menjelaskan  arti pendidikan, terutama kepada orang tuanya. Selain itu, kita juga dapat melakukan seminar atau kegiatan yang bertujuan untuk menyadarkan orang tua akan arti penting penerus generasi bangsa. Dengan upaya ini diharapkan dapat menghilangkan kasus pemekerjaan anak di bawah umur.


b.                  Degradasi Moral yang terjadi Pada Kumpulan Massa
Degradasi moral yang terjadi pada kumpulan massa biasanya dilakukan secara anarkis dan berkelompok. Hal ini dapat dilihat pada permasalahan kericuhan pada saat pelaksanaan demo. Hal ini timbul karena warga cenderung tidak bisa mengendalikan diri sendiri sehingga mengakibatkan keributan Massa dengan aparat kepolisian. Berikut adalah contoh  ilustrasi degradasi yang terjadi:

Dari gambar ilustrasi dapat kita buat asumsi-asumsi masalah degradasi yang terjadi sebagai berikut:

1.      Asumsi dasar yang pertama adalah konflik terdapat dimana-mana. Berlandaskan asumsi ini dapat dipahami bahwa konflik antar remaja juga ada dimana-mana serta merupakan hal yang lumrah terjadi dalam masyarakat. Asumsi ini didasari karena sejak awal, manusia memang dilahirkan berbeda sehingga terkadang perbedaan tersebut sengaja ditonjolkan oleh beberapa pihak dan memunculkan konflik. Perbedaan tersebut akhirnya memunculkan persengketaan yang sarat akan kekerasan. Dalam persengkataan tersebut biasanya suatu pihak akan berusaha untuk menghilangkan hak orang lain bahkan sampai kepada hak hidup. Hal tersebut terbukti dengan adanya tawuran remaja yang berbeda kelompok yang tidak jarang berbuntut pada meninggalnya seseorang bahkan lebih .
2.      Asumsi yang kedua adalah bahwa di dalam konflik diperlukan aktor-aktor untuk mendukung terjadinya konflik sosial tersebut. Selain aktor, ternyata terdapat juga skenario yang memang sengaja dibuat untuk mewujudkan konflik tersebut. Hal ini terbukti dari pernyataan yang menyatakan bahwa pihak-pihak alumni ataupun senior juga berperan dalam sebuah konflik yang terjadi dengan cara melakukan provokasi terhadap bawahannya.
3.      Asumsi yang ketiga adalah bahwa konflik memiliki dampak perubahan. Perubahan tersebut dapat menjadi negatif, bahkan dapat pula menjadi positif. Sehingga terkadang ada pula pendapat yang menyatakan bahwa konflik memiliki dua sisi. Dalam kasus perkelahian antar pelajar di Indonesia, dampak negatif yang ditimbulkan adalah aksi kekerasan yang bersifat anarkis. Sedangkan dampak positifnya adalah semakin terintegrasinya sebuah kelompok tertentu.
4.      Asumsi yang keempat adalah bahwa konflik dapat menyebar ke seluruh masyarakat. Terbukti bahwa dalam kasus ini, konflik yang pada awalnya hanya merupakan konflik antar individu, telah berubah menjadi konflik antar kelompok.       

Dengan melihat kasus seperti itu, seharusnya kita sebagai warga Gereja ikut mengambil andil dalam mencegahnya kejadian-kejadian  macam keributan antar massa seperti itu. Dengan cara, bisa dengan mengajarkan norma-norma ‘kebebasan’ yang ada batas-batasannya. Juga bisa dengan mengajarkan bahwa kekerasan itu bukan menjadi jalan keluar satu-satu nya dalam memecahkan masalah. Dengan upaya ini diharapkan dapat megurangi uapaya terjadi nya keributan antar massa.

Dengan melihat kasus seperti itu, seharusnya kita sebagai warga Gereja ikut mengambil andil dalam mencegahnya kejadian-kejadian  macam keributan antar massa seperti itu. Dengan cara, bisa dengan mengajarkan norma-norma ‘kebebasan’ yang ada batas-batasannya. Juga bisa dengan mengajarkan bahwa kekerasan itu bukan menjadi jalan keluar satu-satu nya dalam memecahkan masalah. Dengan upaya ini diharapkan dapat megurangi uapaya terjadi nya keributan antar massa.


c.                  Degradasi Moral pada Individual
Selain degradasi yang terjadi pada anak-anak dan degradasi moral yang terjadi pada di jalan, masalah yang terjadi pada krisis moral adalah masalah degradasi moral individual. Beberapa degradasi moral individual di jalan raya yang terjadi pada saat saya observasi adalah:

Ø    Parkir di Tempat Sembarangan

Pada kesempatan kali, saya menggunakan metode bergerak yaitu dengan merekam video degan bergerak di sepanjang kawasan Universitas Diponegoro. Berikut adalah videonya:


Dari video, dapat dilihat pelanggaran pada gambar berikut:


Apabila dilakukan pengamatan secara jelas pada video, dapat dilihat kasus masalah parkir sembarangan di jalan raya, terutama dilakukan oleh truk-truk angkut. Hal ini dilakukan biasanya karena banyak truk yang tidak mempunyai tempat persinggahan sehingga sopir lebih memilih untuk memarkiran truk di daerah Ngesrep yang daerahnya jarang dilakukan pemeriksaan oleh pihak polisi.  Selain itu, apabila kita melihat kecenderungan moral individu yang lain kita dapat melihat gambar berikut:

Contoh atas adalah seorang supir angkot sedang memarkirkan kendaraan nya di atas trotoar dan ini sungguh mengganggu pejalan kaki yang hendak berjalan.

Gambar ini menunjukkan bahwa banyak orang yang melanggar aturan di jalan. Trotoar yang seharusnya di gunakan oleh pejalan kaki, malah di gunakan oleh angkot untuk saling menyalip. Banyak juga motor-motor yang sering melakukan hal ini karena mereka ingin menggejar waktu atau hanya sekedar untuk menghidari macet. Jalan yang sudah di design dan sudah di sediakan aturan untuk kenyamanan bersama malah dilanggar. Hal ini membuktikan keegoisan manusia dan ketidakperdulian kepada sesama.  Seharusnya semua pemakai jalan mematuhi aturan-aturan yang berlaku, karena  jalan adalah sarana umum, bukan milik pribadi yang bisa digunakan sesuka hati. Saat di jalan kita juga harus memperhatikan kepentingan bersama dan menghargai orang lain.
Melihat kasus seperti itu, seharusnya kita sebagai warga Gereja yang baik mau menegur orang tersebut agar menyadarkan bahwa memarkirkan kendaraan di atas trotoar itu tidak boleh karena dapat mengganggu pemandangan tatakota juga mengganggu pengguna jalan yang sedang melintasi area tersebut. Juga tidak lupa menasehati nya agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Ø    Kurang Peka untuk Memakai Jembatan Penyeberangan dan Lebih Memilih Langsung Menyeberang

Selain itu, saya dan kelompok saya juga melakukan analisis sosial di daerah jembatan penyeberangan di daerah sekitar rumah saya. Saya melakukan observasi dengan menggunakan metode stagnan, yaitu melakukan rekaman video di posisi yang sama. Video tersebut dapat dilihat di bawah ini:
          Dari video yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa kesadaran individu pemakai jalan belum dijalankan dengan baik, yaitu tetap menyeberang di jalan raya meskipun ada jembatan penyeberangan yang lebih aman. Hal ini dapat dilihat dari gambar screen shot yang diambil dari video di bawah ini:



     Dari masalah sosial ini , kita sebagai warga Gereja seharusnya dapat lebih peka terhadap diri kita sendiri terutama ketika menyeberang. Dalam menyeberang, kita cenderung untuk ingin cepat sampai di seberang dan mengupayakan segala cara untuk bisa menyeberang lebih cepat. Kita cenderung tidak memperhatikan resiko dan dampak jangka panjang yang akan timbul apabila terjadi kesalahan atau kecalakaan yang tentunya merugikan diri sendiri dan orang lain. Solusi utama untuk mengurangi penurunan moral individual ini adalah dengan melakukan refleksi pada diri sendiri dengan selalu mencoba untuk berpikir ke depan.

Ø    Tetap Menjalankan Kendaraan Bermotor Ketika Lampu Merah

Masalah degradasi moral individu yang juga sering terjadi adalah menjalankan kendaraan padahal lampu lalu lintas dalam keadaan berwarna merah. Saya dan kelompok saya melakukan observasi di pertigaan Patung Pangeran Diponegoro Berikut adalah video observasi saya:




Dari video yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa kesadaran individu pemakai jalan juga masih kurang, yaitu menjalankan motor ketika lampu merah. Hal ini dapat dilihat dari gambar screen shot yang diambil dari video di bawah ini:




Dari masalah degradasi moral individu ini, kita sebagai warga Geraja juga seharusnya mampu menjaga ketertiban dalam bermasyarakat. Untuk itu, langkah yang harus dilakukan untuk menghindari masalah yang di atas adalah dengan turut serta menciptakan ketertiban dengan selalu mematuhi peraturan yang ada. Dengan ini, nantinya akan tercipta ketertiban di jalan raya.
            Demikian analisis sosial dengan menggunakan Massroom Project yang dapat saya jelaskan. Semoga, artikel ini membantu Anda untuk mengetahui konsep Massroom Project lebih dalam. Di akhir kata, saya mengucapakan terima kasih kepada Anda karena telah memberikan waktunya untuk membaca blog saya. Apabila ada pertanyaan, Anda dapat menyantumka di kolom komentar. Apabila saya ada waktu dan membaca, tentunya akan saya balas sesegera mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dimohon berkomentar dengan sopan
Apabila ada hal yang tidak dimengerti, silahkan bertanya :)