Rabu, 14 Oktober 2015

Pengujian Impak

Ø SEJARAH PENGUJIAN IMPAK

Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan tanker-tanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benar-benar patah terbelah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi terutama pada saat musim dingin-ketika dilaut bebas ataupun ketika kapal sedang berlabuh.
Menurut Dieter, George E (1988) uji impak digunakan dalam menentukan kecenderungan material untuk rapuh atau ulet berdasarkan sifat ketangguhannya. Uji ini akan mendeteksi perbedaan yang tidak diperoleh dari pengujian tegangan regangan. Hasil uji impak juga tidak dapat membaca secara langsung kondisi perpatahan batang uji, sebab tidak dapat mengukur komponen gaya-gaya tegangan tiga dimensi yang terjadi pada batang uji.
Ilustrasi skematis pengujian impak:



Ø JENIS-JENIS METODE IMPAK
Dasar dari pengujian impak adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk suatu benda uji sehingga benda uji tersebut mengalami deformasi.
Metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu :
1.Metode Charpy
Metode charpy adalah Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal atau mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan. Pengujian impak charpy banyak dipergunakan untuk menentukan kualitas bahan.
Berikut ilustrasi penerapan metode Charpy:


2.Metode Izod
Metode Izod adalah pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi dan arah penbebanan searah dengan arah takikan.
Berikut ilustrasi penerapan metode Izod:



Ø SKEMA PERCOBAAN


Ø Perpatahan Impak
Pada analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak dibagi menjadi tiga jenis :

1.      Perpatahan berserat yang melibatkan mekanisme pergeseran bidangbidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile).
2.      Perpatahan granular /kristalin yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle).
3.      Perpatahan campuran(berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas.

Hasil lain yang dapat diperolah dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda.
Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas (brittle). 
Efek temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material:

Ø Contoh Bentuk Uji Impak
•Alat dan Perlengkapan :
1.Impact testing machine (metode Charpy) kapasitas 30 Joule.
2.Caliper dan/atau mikrometer
3.Stereoscan macroscope
4.Termometer
5.Furnace.
6.Sampel uji impak baja ST 42 (4 buah)
7.Dry ice

Ø Langkah-langkah Prosedur
a.       Dengan menggunakan caliper/mikrometer melakukan pengukuran luas area di bawah takik dari sampel-sampel uji anda. Mencatat hasil pengukuran anda di dalam lembardata.
b.      Mempersiapkan sampel uji untuk temperatur rendah (<0oC) dan temperatur tinggi (>1000C), yaitu dengan memasukkan masing-masing ke dalam wadah berisi campuran dry ice + alkohol 70% dan furnace.
c.       Menguji satu demi satu sampel pada: temperatur ruang (Tr), 0oC, <0oC dan >100oC dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Memastikan jarum skala berwarna merah sebagai penunjuk harga impak material berada pada posisi nol.
2.      Memutar handel untuk menaikkan pendulum hingga jarum penunjuk beban berwarna hitam mencapai batas merah.
3.      Meletakkan benda uji pada tempatnya dengan takik membelakangi arah datangnya pendulum. Memastikan benda uji tepat berada di tengah dengan bantuan centresetting.
4.      Bila benda uji telah siap, menarik centre setting ke posisi semula. Jangan sekali-kali meninggalkan centre setting ini di belakang benda uji karena akan ikut mengalami tumbukan oleh pendulum.
5.      Berhati-hatilah, jangan berdiri pada garis ayunan gaya pendulum. Bersiaplah melakukan pengujian pada posisi di samping alat uji.
6.      Lepaskan tombol pada tangkai pendulum sehingga pendulum berayun dan menumbuk benda   uji.
7.      Lakukan pengereman dengan menarik tuas rem sehingga ayunan pendulu dapat dikurangi.
8.      Membaca nilai yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala yang sesuai (300 Joule). Menghitung harga impak material dengan rumus dasar:
HI=E/A=(m.g (h1-h2))/A
9.      Mengambil benda uji dan mengamati permukaan patahannya di bawah stereoscan macroscope.  Membuat sketsa patahannya di dalam lembar data anda. Mengukur luas area getas dan ulet dari masing-masing sampel uji. Menyatakan dalam persentase terhadap luas area total di bawah  takik
10.  Mengulangi pengujian untuk sampel-sampel lain. Tingkat kehati-hatian lebih tinggi diperlukan dalam menangani sampel temperatur tinggi.


Rabu, 07 Oktober 2015

Pengetahuan Lingkungan sebagai Acuan dalam Manajemen Industri dalam menghadapi Degradasi Ekosistem Lingkungan

Dunia industri tidaklah lepas dari lingkungan tempat industri itu berada. Aspek ini dinilai penting karena kegiatan-kegiatan industri tentunya akan berdampak secara luas, baik bagi pihak internal dan eksternal. Pihak internal ini adalah orang-orang yang terlibat dalam industri terkait sedangkan pihak eksternal adalah masyarakat luar. Sebenarnya apabila perusahaan memperhatikan segi lingkungan, maka dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri. Contohnya seperti pengolahan limbah pada pabrik untuk nantinya didaur ulang seperti pada limbah organik atau kertas. Dengan daur ulang yang dilakukan dengan metode yang baik dalam segi lingkungan tentunya pihak perusahaan mendapat keuntungan tersendiri. Selain itu, contoh lain dapat dilihat juga dalam penerapan green logistic pada produk industri. Dengan penerapan sistem ini, maka total ongkos yang dikeluarkan perusahaan tentunya akan lebih kecil. Namun, dalam penerapan ilmu lingkungan ini, terdapat masalah utama yang biasa dilakukan oleh manusia selaku pelaku industri. Banyak orang cenderung tidak peduli terhadap ekosistem yang berjalan. Moral manusia cenderung mengalami degradasi terhadap ekosistem. Contoh yang baru-baru ini terjadi adalah pada kasus kabut asap yang sedang dialami oleh saudara kita di daerah Sumatera dan Kalimantan. Mirisnya, penyebab masalah utama adalah dari bidang industri kita sendiri karena beberapa industri sering membakar lahan hutan. Oleh karena itu, saya akan memberikan beberapa ilmu lingkungan yang perlu diketahui oleh seorang teknik industri. Berikut adalah makalah pengetahuan lingkungan yang dahulu kelompok saya buat tentang masalah penurunan derajat ekosistem dan bagaimana cara mengatasi serta langkah yang harus diambil:


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
        Pada era globalisasi saat ini, keseimbangan ekosistem alam terusik dengan ulah manusia yang selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya. Memang, seiring berjalannya waktu kebutuhan manusia pun terus meningkat. Namun, metode atau cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang menggunakan metode yang salah, karena hanya menguntungkan salah satu pihak saja, yaitu manusia itu sendiri. Padahal, hubungan manusia dengan alam sangat erat, manusia menggantungkan hidupnya dengan apa yang tersedia di alam itu sendiri.
        Hal ini berakibat pada derajat penurunan nilai ekosistem dimana dampaknya sangat merugikan bagi manusia. Keseimbangan ekosistem yang tidak terjaga sudah dapat kita rasakan saat ini. Padahal kekayaan alam yang ada pada saat ini bukan hanya untuk dinikmati pada generasi saat ini saja. Melainkan, anak cucu kita juga harus merasakan kekayaan bumi yang melimpah ruah ini. Maka, sudah saatnya kita menghargai dan memiliki solusi yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem bumi.
        Masa depan manusia bergantung pada pengertian dan penghargaan kita akan pentingnya materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman sebagai sumber alam. Selain itu juga kepada kesadaran akan adanya tingkat optimum daripada pengadaan sumber alam tersebut seperti tumbuhan dan hewan yang kita ambil manfaatnya.
        Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai aspek-aspek penting yang ada di dalam suatu ekosistem, penyebab menurunnya derajat nilai ekosistem, dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya, serta cara mengatasi masalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
o   Apa yang menyebabkan terjadinya penurunan derajat nilai ekosistem?
o   Apa dampak negatif penurunan nilai ekosistem bagi manusia dan lingkungannya?
o   Bagaimana cara mengatasi penurunan nilai ekosistem yang sudah terjadi?

1.3  Tujuan Penulisan
o   Mengetahui penyebab terjadinya penurunan derajat nilai ekosistem
o   Mengetahui dampak negatif dari penurunan nilai ekosistem bagi manusia dan lingkungannya
o   Mengetahui dan mendapatkan solusi untuk mengatasi penurunan nilai ekosistem yang sudah terjadi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Penyebab Terjadinya Penurunan Derajat Nilai Ekosistem
Kementrian lingkungan hidup tahun 2009 telah mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum pada pasal 1 ayat yaitu “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakkan hukum.”, pada pasal 5, yaitu “Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup”, dan pasal 14 yaitu “ Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan / atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. Lima asas lingkungan penting bagi peradaban manusia dalam zaman teknologi modern. Hal ini tak lain, karena kita sudah bertingkah laku seolah-olah kelima asas itu tidak ada gunanya bagi kepentingan dunia dewasa ini. Padahal, kecuali kita mulai bertindak untuk meninjau relevansi kelima asas ini dengan perkembangan peradaban manusia, malapetaka menunggu kita di masa yang akan datang. Lima asas tersebut diantaranya:

1.Asas 3, mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya adalah kategori sumber alam. Sungguh pun demikian, banyak masalah kemanusiaan dewasa ini timbul (dan akan pula diciptakan lagi secara meningkat dimasa yang akan datang), karena kegagalan manusia untuk menyadari, bahwa ruang, waktu, dan keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energi sumber alam. Dalam segi materi masalah yang sering terjadi adalah masalah pencemaran alam dan tumpukan sampah, pencemaran alam dan tumpahan sampah merupakan contoh yang jelas kelalaian manusia untuk memberi kesempatan bagi mikroba pembusuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya pencemaran alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan kemampuan alam. Implikasi lain yang penting adalah bahwa pengadaan sumber alam menentukan kapasitas suatu lingkungan. Ketergantungan kita pada minyak dan gas bumi , bahkan pada tenaga nuklir, yang merupakan energi persedian atau energi tersimpan menyebabkan kapasitas bawa dari dunia ini meningkat bagi manusia. Dari segi keanekaragaman banyak terjadi permasalahan yaitu masalah dalam populasi atau jumlahnya, kita gagal menghargai pentingnya bentuk perubahan lingkungan yang agak lebar , seperti wabah penyakit,serangan hama, dan perubahan cuaca, ketidakmantapan ini terutama disebabkan kita cenderung meningkatkan populasi tanaman sejenis saja.
Kita telah pula melalaikan keanekaragaman sebagai sumber alam yang penting juga. Kita setiap saat menghadapi kesukaran dalam ekonomi, karena kita telah membuat dunia ini terlalu sederhana dan kurang beranekaragam secara biologi. Margalef dalam Soeriaatmadja (1997:81) berpendapat bahwa hasil peradaban manusia itu telah mempercepat aliran energi melalui sistem biologi dengan cara menyederhanakan strukturnya. Tindakan ini telah merusak mekanisme homeostatis yang terdapat dalam sistem biologi. Banyak wilayah daratan dipermukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam menjadi daerah pertanian dengan jalan menanam jenis pertanian yang serupa, sejenis, sevaritas, seklon untuk wilayah yang sangat luas. Minyak bumi dibakar, hutan ditebang, keanekaragaman tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah yang monokultur. Sedemikian rupa pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul kalau manusia melalaikannya. Implikasi prinsip ini adalah, bahwa materi itu beredar atau melakukannya siklus dalam ekosistem; oleh karena itu harus diberikan cukup banyak waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat menjalani siklusnya.

2.Asas 4, mengatakan, bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat optimum untuk mengadakan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita kepada adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang sumber alam itu terbatas, jumlah atau pengadaannya. Jadi, pencemaran alam menjadi sangat berbahaya kalau kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air dengan bahan pencemar tersebut. Demikian pula jika kita terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi penting daripada asas ini untuk manusia menyangkut masalah hasil panen yang optimum. Jelas memang ada batas optimum untuk semua bentuk ekploitasi hasil panen yang kita lakukan terhadap berbagai organisme itu.

3.Asas 10, mengatakan, menyangkut peningkatan efisiensi penggunaan energi pada komunitas yang melampaui tingkat pionirnya.Manusia bahkan bertindak sebaliknya. Setelah teknologi makin berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energi.

4.Asas 11, sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang masih rawan. Karena asas inilah maka kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industri, kebudayaan, administrasi, serta sosio-ekonomi yang sudah mantap dan beranekaragaman, selalu menjadi penyerap kota besar tersebut. Akibatnya kota besar ini selalu hidup sebagai ‘parasit’ terhadap kota kecil dan wilayah sekitarnya.

5.Asas 14 , mengemukakan kesan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi, menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan contoh terakhir yang dikuasai oleh kesan perlambatan ini, dan bahkan populasinya tumbuh diluar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri. Masyarakat telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk, karena tak sempat diresiklus dalam ekosistem. Masalahnya bertambah parah dengan banyaknya bahan buangan seperti plastik yang tidak dapat dibusukkan secara biologi, seperti halnya sampah alam. Padahal, dalam kenyataan dalam peradaban manusia sekarang ini tidak ada suatu industri yang begitu pesat jalannya seperti industri plastik. Pencemaran alam ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak disebar secara merata di seluruh planet, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar, pusat industri). Jadi, terkonsentrasi dalam suatu batas ruang tertentu saja, sehingga untuk membuangnya timbullah kesukaran demi kesukaran. Hal ini diakibatkan oleh jumlah populasi manusia yang

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Dunia dariTahun 2009 – 2011

KETERANGAN
Jumlah Penduduk (Permillion)
2009
2010
2011
Dunia
6,810
6,892
6,987
China
1,331.4
1,338
1,346
India
1,171
1,189
1,241
Brasil
191.5
193
197
Indonesia
243.3
235
238
Amerika Serikat
306.8
310
312
Benua Afrika
999
1,030
1,051
Benua Amerika
920
929
942
Benua Asia
4,117
4,157
4,216
Benua Eropa
738
739
740
Oceania
36
37
37
Benua Australia
21.9
22.4
22.7
           
Sumber : Population Reference Bureau (PRB). (2009-2011) World Population Data Sheet Washingthon USA. FSC

2.2      Dampak Negatif Penurunan Nilai Ekosistem bagi Manusia dan Lingkungannya
Ada empat macam mekanisme yang akan terpengaruh dalam penurunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem manusia itu:

1.Pengaruh penyederhanaan keanekeragaman biologi terhadap hama dan     penyakit
2.Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi
3.Pengaruh penyerhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tidak subur atau terlalaikan
4.Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonomi terhadap stagnansi ekonomi di kota
Di mana saja, bila suatu kawasan yang luas ditanami sejenis tanaman saja, jumlah spesies serangga disitu akan berkurang, tetapi rata-rata kepadatan tiap spesiesnya akan naik. Jadi, dengan demikian, kemungkinan dengan salah satu spesies mencapai kepadatan sebagai hama akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena serangga itu lebih memerlukan sedikit waktu dan energi untuk menyebar dan mencari makanan. Sebagai contoh, Bey Bienko (1961) melaporkan tentang padang rumput steppe di Rusia ketika dirubah menjadi pertanian gandum. Jumlah spesies serangga turun dari 340 spesies menjadi hanya 142 spesies saja. Tetapi rata-rata kepadatannya naik dari 199 ekor menjadi 351 ekor per m2 . Bahkan terdapat spesies serangga yang asalnya hanya mempunyai kepadatan 16,48 ekor/m2 naik menjadi 300,40 ekor/m2 . Terlalu menyederhanakan keanekaragaman spesies di tanah yang tidak subur dan tidak digunakan, akan seperti padang pasir dan daerah kering yang lain, akan menaikkan kerawanan daerah itu terhadap gangguan serangga dan herbivora. Binatang ini kemudian dapat menjadi hama terhadap tetumbuhan di daerah itu. Keanekaragaman spesies mengurangi resiko bagi tiap spesies tumbuhan mana saja. Asas yang serupa berlaku bagi kehidupan ekonomi di kota. Seperti pernah dikemukakan oleh Jacob Soeriaatmadja (1997:83), sebuah kota yang menggantungkan kehidupan ekonominya pada beberapa industri besar saja, luar biasa rawannya terhadap stagnansi ekonomi. Kalau satu hal saja terjadi terhadap kelancaran pemasaran industri besar itu, lumpuhlah kota itu. Hal ini benar bagi Detroit dengan industri mobilnya dan Seatle dengan industri kapal terbangnya. Keanekaragaman kelas umur dalam populasi manusia juga sangat penting untuk mencapai fungsi kegiatan manusia yang optimum. Dalam masyarakat manusia, seperti juga dalam masyarakat makhluk lain, efisiensi penggunaan energi adalah maksimum, kalau variasi kelas umur itu besar. Artinya kalau terlalu banyak kelas umur anak-anak dan kelas umur dewasa terlalu sedikit (variasi kecil), maka energi akan jauh lebih banyak terbuang untuk kepentingan reproduksi dan mengurus anak-anak serta keperluan pendidikan. Pada hewan, terlalu banyak umur kelas muda menyebabkan populasi itu peka terhadap persaingan, pemasangan, kanibalisme, parasitisme dan kelaparan. Pencemaran alam dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya pengaruh sampingan daripada pencemaran alam terhadap udara, kesehatan manusia, dan pertumbuhan tanaman dapat sedemikian rupa besarnya, sehingga dapat menghambat dan membatasi perkembangan populasi manusia. Pencemaran udara dapat membuat bumi menjadi berkabut suram dapat menghalangi banyaknya cahaya matahari yang sampai ke bumi sampai pada tingkat yang mempengaruhi naik turunnya energi matahari yang diserap tumbuhan dari tahun ke tahun. Bryson dan Wendland dalam Soeriaatmadja (1997:83). Melaporkan, bahwa sejak tahun 1950 suhu udara bumi meningkat kurang lebih 1/2oC, yang diperkirakan oleh makin meningkatnya konsentrasi CO2 sebagai akibatnya banyaknya asap industri dan kendaraan yang mengeluarkan CO2 yang dikepulkan ke udara. Naiknya suhu udara bumi rata-rata 4oC sudah cukup banyak dapat membawa akibat yang gawat kepada pertumbuhan tanaman diseluruh muka bumi. Pada dasarnya, memang penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam ini juga ada hubungannya dengan faktor yang menyangkut kepadatan manusia sendiri. Pada hewan kepadatan populasi itu didukung oleh sumber alam yang terbatas dan tertentu jumlahnya di alam. Oleh sebab itu kalau populasi meningkat di luar batas kemampuan sumber alam untuk menyokong, terjadilah kelaparan, kelahiran menurun dan kematian naik; maka populasinya pun akan segera dikembalikan kepada keseimbangannya dengan alam. Lain halnya dengan manusia, populasi manusia tidak bergantung pada suatu sumber energi tertentu sejauh ini. Kita dapat menambah terus jumlah penduduk semala sumber energi seperti gas dan minyak bumi dapat menaikkan daya dukung daripada ekosistem manusia lebih daripada itu manusia termasuk spesies yang paling mampu menyaingi spesies lain di muka bumi ini, dan merupakan spesies omnivora yang dapat memakan segala jenis spesies tumbuhan dan hewan dimanapun mereka itu berada. Kita akan menghabiskan banyak sekali jenis organisme hidup, sebelum ia dapat musnah dari muka bumi ini. Kalau kita ambil kenyataan di Jakarta, dalam unit produksi nasional kotor memang efisiensi penggunaan energi ini meningkat, tetapi per-unit orang efisiensi menurun, artinya tiap warga Negara Indonesia itu ternyata memboroskan energi bagi kepentingan hidupnya. Yang menarik dalam hal ini ialah penghamburan energi itu seperempatnya habis dalam pengangkutan. Pengangkutan boleh dikatakan suatu pengangkutan unit tunggal daripada energi yang terbesar dalam kehidupan di Indonesia.
Pendeknya, kita hidup di dalam masyarakat yang tak pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi, karena terutama banyak orang yang kurang paham, bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini suatu hari dapat habis. Padahal penggunaan energi yang berlebih-lebihan dapat menimbulkan pencemaran alam. Ditinjau dari segi serupa itu, istilah yang dikenal dengan sebutan brain drain, yaitu mengalirnya tenaga ahli dari negara yang sedang berkembang ke negara yang sudah maju. Sepintas lalu seolah-olah tenaga ahli yang sedang berkembang, dibantu dengan penghidupan yang lebih layak oleh negara yang sudah maju. Tetapi kenyataan yang sebenarnya adalah terbalik.
Sebagai contoh di Amerika Serikat, efisiensi penggunaan energi ini meningkat, tetapi per-unit orang efisiensi menurun, artinya tiap warga Negara Indonesia itu ternyata memboroskan energi bagi kepentingan hidupnya. Yang menarik dalam hal ini ialah penghamburan energi itu seperempatnya habis dalam pengangkutan. Pengangkutan boleh dikatakan suatu pengangkutan unit tunggal daripada energi yang terbesar dalam kehidupan di Jakarta.
Pendeknya, kita hidup di dalam masyarakat yang tak pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi, karena terutama banyak orang yang kurang paham, bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini suatu hari dapat habis. Juga bahwa penggunaan energi yang berlebih-lebihan dapat menimbulkan pencemaran alam. Ditinjau dari segi serupa itu, istilah yang dikenal dengan sebutan, yaitu mengalirnya tenaga ahli dari Negara yang sedang berkembang ke Negara yang sudah maju. Sepintas lalu seolah-olah tenaga ahli yang sedang berkembang, dibantu dengan penghidupan yang lebih layak oleh Negara yang sudah maju. Tetapi kenyataan yang sebenarnya adalah terbalik.
            Pencemaran alam dan penurunan nilai ekosistem tempat manusia hidup ini merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya daya penggunaan energi melalui ekosistem manusia itu. Jadi, salah satu cara untuk mengatasinya harus dalam bentuk mengurangi kecepatan energi ini sambil meresiklus materinya, sesuai dengan kemampuan alam untuk melakukannya.
            Pada dasarnya, memang penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam ini disebabkan oleh kepadatan manusia itu sendiri. Populasi manusia tidak bergantung pada suatu sumber energi tertentu sejauh ini. Kita dapat terus menambah jumlah penduduk selama sumber energi seperti gas dan minyak bumi dapat menaikkan kapasitas daripada ekosistem manusia.
            Asas 10 seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, komunitas alam cenderung menjalani evolusi menuju kearah efisiensi yang makin tinggi dalam penanggulangan energi. Hal itu tampak bahwa kita telah meningkatkan biomasa dan materi dalam bentuk hasil pertanian dan hasil buatan manusia. Oleh karena itu, kita juga dapat berharap bahwa dengan asas 10 ini kita juga telah meningkatkan efisiensi produk nasional kotor dan energi yang digunakan perorang.
            Memang memerlukan daya pikir dan daya cipta yang lebih untuk dapat merencanakan suatu bentuk keadaan lingkungan hidup manusia yang dapat menekan penggunaan energi secermat mungkin. Kita hidup dalam masyarakat yang tidak pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi karena banyak orang yang kurang paham bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini suatu saat dapat habis, dan penggunaan energi yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran alam.
Asas 11 ekosistem yang mantap atau dewasa mengeksploitasi ekosistem yang  rawan atau belum dewasa. Atau subsistem yang rawam dieksploitasi oleh subsistem yang mantap. Margalef (1968) mengemukakan bahwa asas 11 ini berlaku juga bagi manusia, yang pada umumnya, jika dua subsistem berbeda tingkat organisasinya, maka subsistem yang lebih terorganisasi akan mengambil energi dari subsistem yang kurang terorganisasi. Menurut pendapat Margalef asas ini sangat luas pengertian operasinya, bahkan sehubungan dengan ekosistem manusia asas ini memiliki peranan yang nyata.
Asas 14 populasi yang diatur oleh suatu sistem sebab akibat yang kemudian menimbulkan kesan perlambatan, cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam pola turun naiknya populasi. Artinya, populasi semacam ini ditandai oleh banyak momentum. Jadi, keadaan populasi pada suatu waktu tertentu sangat kuat dipengaruhi oleh sejarah atau keadaan masa lalu daripada populasi dengan lingkungannya, yang cenderung untuk dapat mengatur populasi yang sedang tumbuh untuk terus tumbuh atau populasi yang menurun untuk tetap menurun. Populasi manusia yang terus bertambah disebabkan oleh dua faktor. Pertama daya kesuburan dalam diri wanita yaitu wanita muda, dan yang kedua adalah proporsi wanita muda dengan populasi yang cenderung bertambah.
Grafik 1. Piramida Populasi Pria dan Wanita di Saudi Arabia Tahun 2010
Dari piramida tersebut, terlihat jelas bahwa populasi terbesar pada usia subur pria dan wanita, yaitu sekitar umur 25 tahun. Hal ini yang membuat jumlah populasi manusia berkembang pesat. Oleh karena banyak populasi manusia yang berkembang, kerusakan ekosistem akan juga terus meningkat, misalnya dengan mengganti hutan menjadi lahan perkampungan untuk tempat tinggal populasi manusia tersebut.
2.3.      Cara Mengatasi Penurunan Nilai Ekosistem yang Sudah Terjadi
Untuk mengurangi ancaman dari eksploitasi berlebihan, kita dapat melakukan beberapa langkah sederhana, mulai dari meningkatkan kesadaran diri dalam penggunaan energi, membuat keputusan yang  tepat ketika datang untuk membeli produk yang berbasis lingkungan, terlibat dalam mempromosikan kebiasaan hidup yang melindungi lingkungan, konservasi, dan nilai ekosistemnya, pengadaan transmigrasi, program KB, menciptakan energi baru dan pengupayaan dalam menciptakan inovasi baru dengan bahan baku yang sudah ada. Salah satu contoh konkritnya adalah recycle, misalnya recycle daun, dan pendaur ulangan sampah. Selain itu cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi penurunan ekosistem yang sudah terjadi adalah dengan menghargai keanekaragaman yang terdapat di alam, hingga pengusulan undang-undang yang mempromosikan perlindungan lingkungan dan konservasinya.
           
BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
Kelima asas diatas sangat relevan untuk manusia dalam ekosistemnya, seperti halnya bagi organisme hidup dalam ekosistem lain. Masa depan masyarakat kita bergantung pada pengertian dan penghargaan kita akan pentingnya materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman sebagai sumber alam. Selain itu juga kepada kesadaran akan adanya tingkat optimum daripada pengadaan semua sumber alam tersebut untuk kita., untuk tumbuhan dan hewan yang kita pungut hasilnya bagi keperluan hidup kita. Efisiensi penggunaan energi oleh masyarakat merupakan pusat berbagai masalah yang menimpa kita, dari mulai pencemaran alam sampai kepada pengurangan jumlah sumber alam yang ada disekitar kita. Sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang rawan, berlaku pula bagi masyarakat manusia seperti halnya dalam komunitas tumbuhan dan hewan. Dan akhirnya, memang ternyata ada suatu mekanisme demografi yang akan terus menerus meningkatkan populasi manusia, kecuali kalau ada faktor ekonomi yang menentang kecenderungan ini.
3.2.      Saran
·           Saran untuk Masyarakat
Dari situasi tentang penurunan ekosistem, masyarakat diharapkan untuk lebih peduli dan sadar terhadap lingkungan. Masyarakat harus berusaha mencegah terjadinya penurunan derajat ekosistem dengan melakukan usaha-usaha yang konkrit. Dengan hal ini, lingkungan alam pasti akan lebih baik.
·           Saran untuk Pemerintah
Pemerintah diharapkan untuk melakukan pengawasan terhadap ekosistem lingkungan. Pemerintah  adalah badan yang resmi dan mempunyai banyak kewenangan sehingga diharapkan juga melakukan usaha-usaha pelestarian, misalnya dengan membangun cagar alam untuk hutan dan lain-lain.
·           Saran untuk Mahasiswa Universitas Diponegoro
Sebagai mahasiswa yang merupakan calon pemimpin di masa yang akan datang, diharapkan untuk menjadi pelopor gerakan usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan lingkungan ekosistem. Tidak hanya dengan perkataan saja melalui demonstrasi yang percuma, melainkan dengan melakukan suatu perubahan untuk melestarikan alam menjadi lebih baik.

 Daftar Pustaka

Runtuni, Sri Yamti. 2012. Manusia dan Derajat Penurunan Lingkungan. Jakarta. Penerbit: UNJ.
Soeriaatmadja,R.E..1997. Ilmu Lingkungan. Bandung. Penerbit: ITB.