Dunia industri tidaklah lepas dari lingkungan tempat industri itu berada. Aspek ini dinilai penting karena kegiatan-kegiatan industri tentunya akan berdampak secara luas, baik bagi pihak internal dan eksternal. Pihak internal ini adalah orang-orang yang terlibat dalam industri terkait sedangkan pihak eksternal adalah masyarakat luar. Sebenarnya apabila perusahaan memperhatikan segi lingkungan, maka dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri. Contohnya seperti pengolahan limbah pada pabrik untuk nantinya didaur ulang seperti pada limbah organik atau kertas. Dengan daur ulang yang dilakukan dengan metode yang baik dalam segi lingkungan tentunya pihak perusahaan mendapat keuntungan tersendiri. Selain itu, contoh lain dapat dilihat juga dalam penerapan green logistic pada produk industri. Dengan penerapan sistem ini, maka total ongkos yang dikeluarkan perusahaan tentunya akan lebih kecil. Namun, dalam penerapan ilmu lingkungan ini, terdapat masalah utama yang biasa dilakukan oleh manusia selaku pelaku industri. Banyak orang cenderung tidak peduli terhadap ekosistem yang berjalan. Moral manusia cenderung mengalami degradasi terhadap ekosistem. Contoh yang baru-baru ini terjadi adalah pada kasus kabut asap yang sedang dialami oleh saudara kita di daerah Sumatera dan Kalimantan. Mirisnya, penyebab masalah utama adalah dari bidang industri kita sendiri karena beberapa industri sering membakar lahan hutan. Oleh karena itu, saya akan memberikan beberapa ilmu lingkungan yang perlu diketahui oleh seorang teknik industri. Berikut adalah makalah pengetahuan lingkungan yang dahulu kelompok saya buat tentang masalah penurunan derajat ekosistem dan bagaimana cara mengatasi serta langkah yang harus diambil:
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Pada era globalisasi saat ini,
keseimbangan ekosistem alam terusik dengan ulah manusia yang selalu ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya. Memang, seiring berjalannya waktu kebutuhan
manusia pun terus meningkat. Namun, metode atau cara yang dilakukan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang menggunakan metode yang salah,
karena hanya menguntungkan salah satu pihak saja, yaitu manusia itu sendiri.
Padahal, hubungan manusia dengan alam sangat erat, manusia menggantungkan
hidupnya dengan apa yang tersedia di alam itu sendiri.
Hal ini berakibat pada derajat penurunan
nilai ekosistem dimana
dampaknya sangat merugikan bagi manusia. Keseimbangan ekosistem yang tidak
terjaga sudah dapat kita rasakan saat ini. Padahal kekayaan alam yang ada pada
saat ini bukan hanya untuk dinikmati pada generasi saat ini saja. Melainkan,
anak cucu kita juga harus merasakan kekayaan bumi yang melimpah ruah ini. Maka,
sudah saatnya kita menghargai dan memiliki solusi yang tepat untuk menjaga
keseimbangan ekosistem bumi.
Masa depan manusia bergantung pada
pengertian dan penghargaan kita akan pentingnya materi, energi, ruang, waktu,
dan keanekaragaman sebagai sumber alam. Selain itu juga kepada kesadaran akan
adanya tingkat optimum daripada pengadaan sumber alam tersebut seperti tumbuhan
dan hewan yang kita ambil manfaatnya.
Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas mengenai aspek-aspek penting yang ada di dalam suatu ekosistem,
penyebab menurunnya derajat nilai ekosistem, dampak negatif bagi manusia dan
lingkungannya, serta cara mengatasi masalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
o
Apa yang menyebabkan terjadinya
penurunan derajat nilai ekosistem?
o
Apa dampak negatif penurunan nilai
ekosistem bagi manusia
dan lingkungannya?
o
Bagaimana cara mengatasi penurunan nilai
ekosistem yang sudah terjadi?
1.3 Tujuan
Penulisan
o
Mengetahui penyebab terjadinya penurunan
derajat nilai ekosistem
o
Mengetahui dampak negatif dari penurunan
nilai ekosistem bagi manusia dan lingkungannya
o
Mengetahui dan mendapatkan solusi untuk
mengatasi penurunan nilai ekosistem yang sudah terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyebab Terjadinya
Penurunan
Derajat
Nilai
Ekosistem
Kementrian lingkungan hidup tahun 2009 telah
mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 32
Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang tercantum pada pasal 1 ayat yaitu “Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan /
atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakkan hukum.”, pada pasal 5, yaitu “Ekosistem adalah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup”, dan pasal 14 yaitu “ Pencemaran lingkungan hidup adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan / atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. Lima asas lingkungan penting bagi
peradaban manusia dalam zaman teknologi modern. Hal ini tak lain, karena kita
sudah bertingkah laku seolah-olah kelima asas itu tidak ada gunanya bagi
kepentingan dunia dewasa ini. Padahal, kecuali kita mulai bertindak untuk
meninjau relevansi kelima asas ini dengan perkembangan peradaban manusia,
malapetaka menunggu kita di masa yang akan datang. Lima asas tersebut diantaranya:
1.Asas
3,
mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya
adalah kategori sumber alam. Sungguh pun demikian, banyak masalah kemanusiaan
dewasa ini timbul (dan akan pula diciptakan lagi secara meningkat dimasa yang akan
datang), karena kegagalan manusia untuk menyadari, bahwa ruang, waktu, dan
keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energi sumber alam. Dalam segi materi masalah yang sering terjadi adalah
masalah pencemaran alam dan tumpukan sampah, pencemaran alam dan tumpahan
sampah merupakan contoh yang jelas kelalaian manusia untuk memberi kesempatan
bagi mikroba pembusuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi
pada hakekatnya pencemaran alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan
kehendak dan kemampuan alam. Implikasi lain yang penting adalah bahwa pengadaan
sumber alam menentukan kapasitas suatu lingkungan. Ketergantungan kita pada
minyak dan gas bumi , bahkan pada tenaga nuklir, yang merupakan energi
persedian atau energi tersimpan menyebabkan kapasitas bawa dari dunia ini
meningkat bagi manusia. Dari segi keanekaragaman banyak terjadi permasalahan
yaitu masalah dalam populasi atau jumlahnya, kita gagal menghargai pentingnya
bentuk perubahan lingkungan yang agak lebar , seperti wabah penyakit,serangan
hama, dan perubahan cuaca, ketidakmantapan ini terutama disebabkan kita
cenderung meningkatkan populasi tanaman sejenis saja.
Kita
telah pula melalaikan keanekaragaman sebagai sumber alam yang penting juga.
Kita setiap saat menghadapi kesukaran dalam ekonomi, karena kita telah membuat
dunia ini terlalu sederhana dan kurang beranekaragam secara biologi. Margalef
dalam Soeriaatmadja (1997:81) berpendapat bahwa hasil peradaban manusia itu
telah mempercepat aliran energi melalui sistem biologi dengan cara
menyederhanakan strukturnya. Tindakan ini telah merusak mekanisme homeostatis
yang terdapat dalam sistem biologi. Banyak wilayah daratan dipermukaan bumi ini
dicoba untuk dibuat seragam menjadi daerah pertanian dengan jalan menanam jenis
pertanian yang serupa, sejenis, sevaritas, seklon untuk wilayah yang sangat
luas. Minyak bumi dibakar, hutan ditebang, keanekaragaman tumbuhan dan hewan
dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah yang monokultur. Sedemikian rupa
pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul kalau manusia
melalaikannya. Implikasi prinsip ini adalah, bahwa materi itu beredar atau
melakukannya siklus dalam ekosistem; oleh karena itu harus diberikan cukup
banyak waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya pada
saat menjalani siklusnya.
2.Asas
4,
mengatakan, bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat
optimum untuk mengadakan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita kepada
adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses,
karena memang sumber alam itu terbatas, jumlah atau pengadaannya. Jadi,
pencemaran alam menjadi sangat berbahaya kalau kita terlalu memperjenuh
kapasitas udara dan air dengan bahan pencemar tersebut. Demikian pula jika kita
terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan.
Implikasi penting daripada asas ini untuk manusia menyangkut masalah hasil
panen yang optimum. Jelas memang ada batas optimum untuk semua bentuk ekploitasi hasil panen
yang kita lakukan terhadap berbagai organisme itu.
3.Asas
10,
mengatakan, menyangkut peningkatan efisiensi penggunaan energi pada komunitas
yang melampaui tingkat pionirnya.Manusia bahkan bertindak sebaliknya. Setelah
teknologi makin berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energi.
4.Asas
11,
sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang masih rawan. Karena asas inilah
maka kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industri,
kebudayaan, administrasi, serta sosio-ekonomi yang sudah mantap dan
beranekaragaman, selalu menjadi penyerap kota besar tersebut. Akibatnya kota
besar ini selalu hidup sebagai ‘parasit’ terhadap kota kecil dan wilayah
sekitarnya.
5.Asas 14 ,
mengemukakan kesan
perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi, menghasilkan momentum yang
kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan contoh
terakhir yang dikuasai oleh kesan perlambatan ini, dan bahkan populasinya
tumbuh diluar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang
tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri. Masyarakat telah menggali
dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau
dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk,
karena tak sempat diresiklus dalam ekosistem. Masalahnya bertambah parah dengan
banyaknya bahan buangan seperti plastik yang tidak dapat dibusukkan secara
biologi, seperti halnya sampah alam. Padahal, dalam kenyataan dalam peradaban
manusia sekarang ini tidak ada suatu industri yang begitu pesat jalannya
seperti industri plastik. Pencemaran alam ini merupakan kesan sampingan yang
sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban
modern dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak disebar secara
merata di seluruh planet, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja
(kota besar, pusat industri). Jadi, terkonsentrasi dalam suatu batas ruang
tertentu saja, sehingga untuk membuangnya timbullah kesukaran demi kesukaran. Hal ini diakibatkan oleh jumlah populasi manusia yang
Tabel 1. Perkembangan Jumlah
Penduduk Dunia dariTahun 2009 – 2011
KETERANGAN
|
Jumlah Penduduk (Permillion)
|
2009
|
2010
|
2011
|
Dunia
|
6,810
|
6,892
|
6,987
|
China
|
1,331.4
|
1,338
|
1,346
|
India
|
1,171
|
1,189
|
1,241
|
Brasil
|
191.5
|
193
|
197
|
Indonesia
|
243.3
|
235
|
238
|
Amerika
Serikat
|
306.8
|
310
|
312
|
Benua
Afrika
|
999
|
1,030
|
1,051
|
Benua
Amerika
|
920
|
929
|
942
|
Benua
Asia
|
4,117
|
4,157
|
4,216
|
Benua
Eropa
|
738
|
739
|
740
|
Oceania
|
36
|
37
|
37
|
Benua
Australia
|
21.9
|
22.4
|
22.7
|
Sumber :
Population Reference Bureau (PRB). (2009-2011) World Population Data Sheet Washingthon USA. FSC
2.2 Dampak Negatif Penurunan Nilai Ekosistem bagi Manusia dan Lingkungannya
Ada empat macam mekanisme yang akan terpengaruh
dalam penurunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem manusia itu:
1.Pengaruh
penyederhanaan keanekeragaman biologi terhadap hama dan penyakit
2.Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi
3.Pengaruh
penyerhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tidak subur atau
terlalaikan
4.Pengaruh
kurangnya keanekaragaman ekonomi terhadap stagnansi ekonomi di kota
Di mana
saja, bila suatu kawasan yang luas ditanami sejenis tanaman saja, jumlah
spesies serangga disitu akan berkurang, tetapi rata-rata kepadatan tiap
spesiesnya akan naik. Jadi, dengan demikian, kemungkinan dengan salah satu
spesies mencapai kepadatan sebagai hama akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena
serangga itu lebih memerlukan sedikit waktu dan energi untuk menyebar dan mencari
makanan. Sebagai contoh, Bey Bienko (1961) melaporkan tentang padang rumput
steppe di Rusia ketika dirubah menjadi pertanian gandum. Jumlah spesies
serangga turun dari 340 spesies menjadi hanya 142 spesies saja. Tetapi
rata-rata kepadatannya naik dari 199 ekor menjadi 351 ekor per m2 .
Bahkan terdapat spesies serangga yang asalnya hanya mempunyai kepadatan 16,48
ekor/m2 naik menjadi 300,40 ekor/m2 . Terlalu
menyederhanakan keanekaragaman spesies di tanah yang tidak subur dan tidak
digunakan, akan seperti padang pasir dan daerah kering yang lain, akan
menaikkan kerawanan daerah itu terhadap gangguan serangga dan herbivora. Binatang ini kemudian dapat
menjadi hama terhadap tetumbuhan di daerah itu. Keanekaragaman spesies
mengurangi resiko bagi tiap spesies tumbuhan mana saja. Asas yang serupa
berlaku bagi kehidupan ekonomi di kota. Seperti pernah dikemukakan oleh Jacob
Soeriaatmadja (1997:83), sebuah kota yang menggantungkan kehidupan ekonominya
pada beberapa industri besar saja, luar biasa rawannya terhadap stagnansi
ekonomi. Kalau satu hal saja terjadi terhadap kelancaran pemasaran industri
besar itu, lumpuhlah kota itu. Hal ini benar bagi Detroit dengan industri
mobilnya dan Seatle dengan industri kapal terbangnya. Keanekaragaman kelas umur
dalam populasi manusia juga sangat penting untuk mencapai fungsi kegiatan
manusia yang optimum. Dalam masyarakat manusia, seperti juga dalam masyarakat
makhluk lain, efisiensi penggunaan energi adalah maksimum, kalau variasi kelas
umur itu besar. Artinya kalau terlalu banyak kelas umur anak-anak dan kelas
umur dewasa terlalu sedikit (variasi kecil), maka energi akan jauh lebih banyak
terbuang untuk kepentingan reproduksi dan mengurus anak-anak serta keperluan
pendidikan. Pada hewan, terlalu banyak umur kelas muda menyebabkan populasi itu
peka terhadap persaingan, pemasangan,
kanibalisme, parasitisme dan kelaparan. Pencemaran alam dapat merupakan faktor
pembatas pada populasi manusia. Artinya pengaruh sampingan daripada pencemaran
alam terhadap udara, kesehatan manusia, dan pertumbuhan tanaman dapat
sedemikian rupa besarnya, sehingga dapat menghambat dan membatasi perkembangan
populasi manusia. Pencemaran udara dapat membuat bumi menjadi berkabut suram
dapat menghalangi banyaknya cahaya
matahari yang sampai ke bumi sampai pada tingkat yang mempengaruhi naik
turunnya energi matahari yang diserap tumbuhan dari tahun ke tahun. Bryson dan
Wendland dalam Soeriaatmadja (1997:83). Melaporkan, bahwa sejak tahun 1950 suhu
udara bumi meningkat kurang lebih 1/2oC, yang diperkirakan
oleh makin meningkatnya konsentrasi CO2 sebagai akibatnya banyaknya
asap industri dan kendaraan yang mengeluarkan CO2 yang dikepulkan ke
udara. Naiknya suhu udara bumi rata-rata 4oC sudah cukup banyak
dapat membawa akibat yang gawat kepada pertumbuhan tanaman diseluruh muka bumi.
Pada dasarnya, memang penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam ini juga ada
hubungannya dengan faktor yang menyangkut kepadatan manusia sendiri. Pada hewan
kepadatan populasi itu didukung oleh sumber alam yang terbatas dan tertentu
jumlahnya di alam. Oleh sebab itu kalau populasi meningkat di luar batas
kemampuan sumber alam untuk menyokong, terjadilah kelaparan, kelahiran menurun
dan kematian naik; maka populasinya pun akan segera dikembalikan kepada
keseimbangannya dengan alam. Lain halnya dengan manusia, populasi manusia tidak
bergantung pada suatu sumber energi tertentu sejauh ini. Kita dapat menambah
terus jumlah penduduk semala sumber energi seperti gas dan minyak bumi dapat
menaikkan daya dukung daripada ekosistem manusia lebih daripada itu manusia
termasuk spesies yang paling mampu menyaingi spesies lain di muka bumi ini, dan
merupakan
spesies omnivora yang dapat memakan segala jenis spesies tumbuhan dan hewan
dimanapun mereka itu berada. Kita akan menghabiskan banyak sekali jenis
organisme hidup, sebelum ia dapat musnah dari muka bumi ini. Kalau kita ambil
kenyataan di Jakarta, dalam unit produksi nasional kotor memang efisiensi penggunaan energi ini
meningkat, tetapi per-unit orang efisiensi menurun, artinya tiap warga Negara
Indonesia itu ternyata memboroskan energi bagi kepentingan hidupnya. Yang
menarik dalam hal ini ialah penghamburan energi itu seperempatnya habis dalam
pengangkutan. Pengangkutan boleh dikatakan suatu pengangkutan unit tunggal
daripada energi yang terbesar dalam kehidupan di Indonesia.
Pendeknya, kita hidup di dalam masyarakat yang tak
pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi, karena
terutama
banyak orang yang kurang paham, bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini suatu hari dapat
habis. Padahal
penggunaan energi yang berlebih-lebihan dapat menimbulkan pencemaran alam.
Ditinjau dari segi serupa itu, istilah yang dikenal dengan sebutan brain drain, yaitu mengalirnya
tenaga ahli dari negara
yang sedang berkembang ke negara
yang sudah maju. Sepintas lalu seolah-olah tenaga ahli yang sedang berkembang,
dibantu dengan penghidupan yang lebih layak oleh negara yang sudah maju. Tetapi
kenyataan yang sebenarnya adalah terbalik.
Sebagai contoh
di Amerika Serikat, efisiensi penggunaan energi ini
meningkat, tetapi per-unit orang efisiensi menurun, artinya tiap warga Negara
Indonesia itu ternyata memboroskan energi bagi kepentingan hidupnya. Yang
menarik dalam hal ini ialah penghamburan energi itu seperempatnya habis dalam
pengangkutan. Pengangkutan boleh dikatakan suatu pengangkutan unit tunggal
daripada energi yang terbesar dalam kehidupan di Jakarta.
Pendeknya, kita hidup di dalam masyarakat yang tak
pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi, karena
terutama
banyak orang yang kurang paham, bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini suatu hari dapat
habis. Juga bahwa penggunaan energi yang berlebih-lebihan dapat menimbulkan
pencemaran alam. Ditinjau dari segi serupa itu, istilah yang dikenal dengan
sebutan, yaitu mengalirnya tenaga ahli dari Negara yang sedang berkembang ke
Negara yang sudah maju. Sepintas lalu seolah-olah tenaga ahli yang sedang
berkembang, dibantu dengan penghidupan yang lebih layak oleh Negara yang sudah
maju. Tetapi kenyataan yang sebenarnya adalah terbalik.
Pencemaran alam dan penurunan nilai
ekosistem tempat manusia hidup ini merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya
daya penggunaan energi melalui ekosistem manusia itu. Jadi, salah satu cara
untuk mengatasinya harus dalam bentuk mengurangi kecepatan energi ini sambil
meresiklus materinya, sesuai dengan kemampuan alam untuk melakukannya.
Pada dasarnya, memang penurunan
nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam ini disebabkan oleh kepadatan
manusia itu sendiri. Populasi manusia tidak bergantung pada suatu sumber energi
tertentu sejauh ini. Kita dapat terus menambah jumlah penduduk selama sumber energi
seperti gas dan minyak bumi dapat menaikkan kapasitas daripada ekosistem
manusia.
Asas 10 seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, komunitas alam cenderung menjalani evolusi menuju kearah efisiensi
yang makin tinggi dalam penanggulangan energi. Hal itu tampak bahwa kita telah
meningkatkan biomasa dan materi dalam bentuk hasil pertanian dan hasil buatan
manusia. Oleh karena itu, kita juga dapat berharap bahwa dengan asas 10 ini
kita juga telah meningkatkan efisiensi produk nasional kotor dan energi yang
digunakan perorang.
Memang memerlukan daya pikir dan daya cipta yang lebih untuk
dapat merencanakan suatu bentuk keadaan lingkungan hidup manusia yang dapat
menekan penggunaan energi secermat mungkin. Kita hidup dalam masyarakat yang
tidak pernah menyadari dan menaruh perhatian akan pentingnya menghemat energi
karena banyak orang yang kurang paham bahwa sumber alam dalam bentuk energi ini
suatu saat
dapat habis, dan penggunaan energi yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran
alam.
Asas
11 ekosistem yang mantap atau dewasa mengeksploitasi ekosistem yang rawan atau belum dewasa. Atau subsistem yang
rawam dieksploitasi oleh subsistem yang mantap. Margalef (1968) mengemukakan
bahwa asas 11 ini berlaku juga bagi manusia, yang pada umumnya, jika dua
subsistem berbeda tingkat organisasinya, maka subsistem yang lebih
terorganisasi akan mengambil energi dari subsistem yang kurang terorganisasi.
Menurut pendapat Margalef asas ini sangat luas pengertian operasinya, bahkan
sehubungan dengan ekosistem manusia asas ini memiliki peranan yang nyata.
Asas
14 populasi yang diatur oleh suatu sistem sebab akibat yang kemudian menimbulkan kesan perlambatan,
cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam pola turun naiknya
populasi. Artinya, populasi semacam ini ditandai oleh banyak momentum. Jadi,
keadaan populasi pada suatu waktu tertentu sangat kuat dipengaruhi oleh sejarah
atau keadaan masa lalu daripada populasi dengan lingkungannya, yang cenderung
untuk dapat mengatur populasi yang sedang tumbuh untuk terus tumbuh atau
populasi yang menurun untuk tetap menurun. Populasi manusia yang terus
bertambah disebabkan oleh dua faktor. Pertama daya kesuburan dalam diri wanita
yaitu wanita muda, dan yang kedua adalah proporsi wanita muda dengan populasi
yang cenderung bertambah.
Grafik 1. Piramida Populasi Pria dan Wanita di Saudi
Arabia Tahun 2010
Dari piramida tersebut,
terlihat jelas bahwa populasi terbesar pada usia subur pria dan wanita, yaitu
sekitar umur 25 tahun. Hal ini yang membuat jumlah populasi manusia berkembang
pesat. Oleh karena banyak populasi manusia yang berkembang, kerusakan ekosistem
akan juga terus meningkat, misalnya dengan mengganti hutan menjadi lahan
perkampungan untuk tempat tinggal populasi manusia tersebut.
2.3. Cara
Mengatasi Penurunan Nilai Ekosistem yang Sudah Terjadi
Untuk
mengurangi ancaman dari eksploitasi berlebihan, kita dapat melakukan beberapa
langkah sederhana, mulai dari meningkatkan kesadaran diri dalam penggunaan
energi, membuat keputusan yang tepat
ketika datang untuk membeli produk yang berbasis lingkungan, terlibat dalam
mempromosikan kebiasaan hidup yang melindungi lingkungan, konservasi, dan nilai ekosistemnya,
pengadaan transmigrasi, program KB, menciptakan energi baru dan pengupayaan dalam menciptakan inovasi baru dengan
bahan baku yang sudah ada. Salah satu contoh konkritnya adalah recycle, misalnya recycle daun, dan pendaur ulangan sampah.
Selain itu cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi penurunan
ekosistem yang sudah terjadi adalah dengan menghargai
keanekaragaman yang terdapat di alam, hingga pengusulan undang-undang yang
mempromosikan perlindungan lingkungan dan konservasinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelima
asas diatas sangat relevan untuk manusia dalam ekosistemnya, seperti halnya
bagi organisme hidup dalam ekosistem lain. Masa depan masyarakat kita
bergantung pada pengertian dan penghargaan kita akan pentingnya materi, energi,
ruang, waktu, dan keanekaragaman sebagai sumber alam. Selain itu juga kepada
kesadaran akan adanya tingkat optimum daripada pengadaan semua sumber alam
tersebut untuk kita., untuk tumbuhan dan hewan yang kita pungut hasilnya bagi
keperluan hidup kita. Efisiensi penggunaan energi oleh masyarakat merupakan
pusat berbagai masalah yang menimpa kita, dari mulai pencemaran alam sampai
kepada pengurangan jumlah sumber alam yang ada disekitar kita. Sistem yang
mantap mengeksploitasi sistem yang rawan, berlaku pula bagi masyarakat manusia
seperti halnya dalam komunitas tumbuhan dan hewan. Dan akhirnya, memang
ternyata ada suatu mekanisme demografi yang akan terus menerus meningkatkan
populasi manusia, kecuali kalau ada faktor ekonomi yang menentang kecenderungan
ini.
3.2. Saran
·
Saran untuk Masyarakat
Dari
situasi tentang penurunan ekosistem, masyarakat diharapkan untuk lebih peduli
dan sadar terhadap lingkungan. Masyarakat harus berusaha mencegah terjadinya
penurunan derajat ekosistem dengan melakukan usaha-usaha yang konkrit. Dengan
hal ini, lingkungan alam pasti akan lebih baik.
·
Saran untuk Pemerintah
Pemerintah diharapkan untuk melakukan pengawasan
terhadap ekosistem lingkungan. Pemerintah
adalah badan yang resmi dan mempunyai banyak kewenangan sehingga
diharapkan juga melakukan usaha-usaha pelestarian, misalnya dengan membangun
cagar alam untuk hutan dan lain-lain.
·
Saran untuk Mahasiswa Universitas Diponegoro
Sebagai mahasiswa yang merupakan calon pemimpin di
masa yang akan datang, diharapkan untuk menjadi pelopor gerakan usaha-usaha
untuk mengatasi permasalahan lingkungan ekosistem. Tidak hanya dengan perkataan
saja melalui demonstrasi yang percuma, melainkan dengan melakukan suatu
perubahan untuk melestarikan alam menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
Runtuni, Sri Yamti. 2012. Manusia dan Derajat Penurunan Lingkungan. Jakarta. Penerbit: UNJ.
Soeriaatmadja,R.E..1997. Ilmu Lingkungan. Bandung. Penerbit: ITB.